author : @zoggakyu
cast :
Kim Jong Woon as Yesung
Hanazuka Rin as reader
Chapter Two
###
Aku memposisikan tubuhku duduk, aissh~ sudah jam
berapa ini kenapa dia belum datang. Ahhh~ jangan salah sangka dulu~ aku memang
menunggu Yesung untuk membawaku ke taman dan menikmati angin musim semi yang
menjadi hobiku sekarang, bukan berarti aku menunggunya karena sudah siap
memberikan jawabanku padanya. Dan hei~ lihat ini sepertinya hari sudah
terlampau siang untuk jalan-jalan pagi ke taman, bagaimana tidak ? sepertinya aku
sudah menunggu berjam-jam.
“ Rin-Chan ?? “ aku pun tersenyum mendengar Ibuku
memanggil namaku, pasti Yesung sudah datang dengan cepat aku menjawabnya “ Ya ?
“
Tak lama aku mendengar suara langkah kaki yang
berjalan mendekati kamarku, dan well pintu kamarku berderit menandakan pintuku
terbuka.
“ Tuan Yesung tidak datang sekarang Rin Chan ! “
kalimat yang di lontarkan Ibu sontak membuat senyum di wajahku meredup. Aku
berusaha menjaga raut wajahku terlihat tenang, dan dengan cepat aku menjawab “
oooh baiklah “
‘
well~ baiklah jika itu maumu, dan ku harap jangan pernah datang lagi ‘
sambungku dalam hati, sedikit mengejeknya sekaligus kecewa.
###
1…
2…
3…
4…
5…
6…
7 hari telah terlampau tanpanya di sampingku ?
Oke, Genap seminggu Yesung tidak ke rumahku, tak ada
angin musim semi yang membuatku nyaman, tak ada pertengkaran antara aku dan
Yesung, tak ada yang menuntutku untuk membahas topik yang ku benci.
Dan entah kenapa hidupku terasa hambar.
Aku benci dengan pria itu, aku benci dengan pria
yang tidak menepati kata-katanya. Well sepertinya kolom kejengkelanku sudah
luber karena ulahnya, aku tidak tau berapa lipat bertambah kolom kejengkelan
untuknya.
TOK TOK TOK
Suara ketukan membuat lamunanku buyar. “ ada apa Ibu
? “
Suara derit pintu terdengar menandakan pintu kamarku
terbuka, dan aku merasakan alih tempat kosong di ranjangku terisi oleh
seseorang.
“ Ibu ada apa ? “ tanyaku—sikap tidak sabaranku
mulai keluar tetapi tak ada jawaban yang ku dengar dari Ibu dan aku malah
mendengar suara … suara tawa tertahan ?
“ Tuan Yesung ini tidak lucu, kau tau ? “ tukasku
cepat dengan senyum yang ku tahan, aku ingin menjaga raut wajahku agar tidak
terlalu berlebihan mendapati dia ada sekarang di sebelahku. Senang, tentu saja
aku senang dia berada di sebelahku hari ini !
“ kau tidak menanyakanku kemana aku selama
semingguan ini ? “ tanya Yesung penasaran. Aku hanya mengedikkan bahuku tidak
peduli.
“ lalu ? aku tidak peduli dalam seminggu itu kau
kemana, karena aku tau kau orang sibuk “ balasku, tetapi tak ada balasan yang
terkuar dari mulutnya, satu menit, dua menit, lima menit. Hei~ Apakah Yesung
tertidur ??
“ hey~ aku baru sadar ! kau memanggilku dengan nama
Tuan—“
“ terus ? “ tukasku memotong ucapannya, sedikit
sebal padanya karena Yesung suka menghilangkan suaranya secara tiba-tiba,
terkadang aku berfikir mungkin dia marah padaku tetapi kemudian dia ternyata
menahan tawanya. Benar-benar pria yang sulit di tebak !
“ aku hanya merasa tidak nyaman, berapa umurmu ? “
tanyanya, pertanyaan yang aneh di tanyakan olehnya sekarang, dan dengan enteng
aku menjawab “ haruskah aku menjawabnya ? “
Yesung tertawa renyah dan kemudian berdeham sedikit,
sepertinya dia mulai mengerti bahwa aku suka jengkel ketika dia tertawa tanpa
alasan yang jelas “ tentu kau harus menjawabnya Nona Hanazuka, baiklah aku yang
memulai duluan aku berumur 24 tahun “
“ aku 22 tahun, jadi aku harus memanggilmu dengan
sebutan Kakak ? begitukan maumu “ balasku cepat dan lagi-lagi lelaki di
sampingku malah tertawa lagi. ‘ Yesung
aku tidak sedang memberikan lelucon untukmu ! ‘ erangku dalam batin.
“ baiklah, jangan panggil aku Tuan sekarang panggil
saja Yesung, dan bagaimana kalau aku memanggilmu Hanazuka ? “ tanyanya dan
belum sempat aku menjawab dia sudah menyelaku “ lihat sekarang sudah mau menjelang
siang, ayooo cepat ke taman untuk memanjakan tubuh kita kepada angin musim semi
“ sambungnya.
###
“ Hanazuka kau akan menyesal jika tidak mau
menerimaku ! “ desaknya, aku sedikit menimbang-nimbang jawabanku. Aku pun
mengangkat bahuku acuh “ baiklah tidak salah jika aku berselca denganmu, dan
untuk pertama kali aku membuat para gadis iri karena aku berfoto denganmu “
ujarku menghadap ke depan dan tersenyum, beberapa saat kemudian aku mendengar
suara kerja kamera yang telah berhasil memotret kami.
Yesung terdiam cukup lama, suasana canggung
lagi-lagi menyelimuti kami berdua, apakah kata-kataku ada yang salah tadi ?
sepertinya bukan aku yang membuat suasana di sini sedikit canggung.
“ maksudmu pertama kali membuat para gadis iri ? “
tanya Yesung sedikit gusar mengulangi kata-kataku tadi.
“ well membuat semua fansmu iri, karena aku tidak
pernah membuat seorangpun iri padaku. Aku kan tidak punya kelebihan apapun,
jadi tak ada seorangpun yang iri denganku—“
Dan mulutku tiba-tiba saja berhenti berbicara ketika
Yesung menggenggam tanganku lembut, jantungku memompa dua kali jauh lebih
cepat, pasti ada yang aneh dengan degup jantungku. Dan Yesung ingat ! kau
menambah kolom kejengkelanku terhadapmu berkali-kali lipat karena membuatku
lupa bagaimana caranya bernafas !
“ kau benar ! mereka akan benar-benar iri padamu karena
aku … aku .. aku telah … “
Aku segera menajamkan telingaku mendengar suara
gugup Yesung dan mengabaikan degup jantungku yang makin keras.
“ aku … ahh tidak jadi “ Yesung melepaskan genggaman
tanganku dan sedikit mengubah posisi duduknya menjauh dariku.
Baiklah aku memilih untuk diam, membiarkan suasana canggung
menyelimuti kami lagi. Membiarkan aku sendiri menenangkan degup jantungku yang
tak teratur, dan untuk sesaat baru kali ini aku lupa bagaimana caranya untuk bernafas.
###
Menghabiskan waktu di taman pada pagi hari, memang
cukup menyenangkan. Tetapi ternyata menghabiskan waktu di malam hari juga
sangat menyenangkan. Baru kali ini aku menghabiskan waktu untuk merasakan
keindahan Tokyo, yaah hanya dapat merasakannya tanpa bisa melihat keindahannya.
“ aku berharap bisa melihat bintang-bintang dan
bulan di langit “ gumamku mendongakkan kepalaku ke atas. Gelap dan gelap itu
lah yang hanya bisa ku lihat. Entah itu pagi, siang, sore, malam semua terasa
sama bagiku, hanya kegelapan yang bisa ku lihat dalam kehidupanku.
“ sedang tak ada bulan sekarang, hanya ada bintang
.. “ aku hanya diam saja mendengar Yesung yang sepertinya ingin berbicara lebih
lanjut. Tetapi tunggu, dia terdiam cukup lama lagi. Apakah aku harus
memanggilnya agar dia tidak terdiam dan tidak membuat suasana di antara kami
canggung ? kenapa Yesung selalu terdiam tanpa alasan yang jelas ! Yesung kau
tak apa-apa kan ?
“ err ! cara menikmati bintang bukan seperti itu “
suara Yesung tiba-tiba terdengar kembali, dan aku mendapati kedua lengan kokoh
milik Yesung pun menekan bahuku ke belakang—tepatnya untuk berbaring, well
menyandarkan seluruh badanku pada rumput-rumput yang dingin. Dan kemudian aku
bisa merasakan alih tempat kosong di sebelahku di tempati oleh Yesung yang ikut
berbaring juga.
“ Yesung ? “
“ Ya ? “
“ pasti bintang-bintang yang bertaburan di atas sana
sangat indah ? aku benar-benar ingin melihatnya dan menuliskan seluruhnya
kepada secarik kertas “ Yesung hanya terdiam menungguku untuk melanjutkan ku
berbicara
“ aku ingin menjadi penulis, tetapi aku sadar tak
ada yang bisa ku tuliskan karena aku tak pernah melihat apapun, aku tak bisa
menggambarkan bagaimana indahnya bintang yang bertaburan di langit, bagaimana
terik matahari yang menyambutku ketika bangun tidur, bagaimana indahnya
daun-daun berguguran ketika musim gugur, dan bagaimana pemandangan musim semi
yang telah ku lalui, sulit untuk membayangkannya karena aku tak bisa melihat
apapun “
Tanpa sadar air mataku mengalir menelusuri lekuk
wajahku, aku secara tak sengaja bercerita tentang topik terlarangku selama ini.
Topik yang selalu di tuntut Yesung agar aku menjawabnya. Dan entah kenapa
mulutku dengan lancar melontarkan semua rasa yang telah menghimpit di dadaku,
mengendap begitu lama hingga bahkan aku merasakan lagi sakit yang telah ku
pendam begitu lama.
Yesung meraih tanganku, membuat jarak antara tubuh
kami mendekat dan sedikit mendorong kepalaku dengan hati-hati untuk bersandar di
dadanya yang bidang, mungkin dia tidak ingin membuatku sedikit takut kepadanya.
Dan perasaan nyaman bagaikan menyelimuti seluruh
tubuhku, membuatku menumpahkan seluruh beban, dan penderitaanku selama ini.
“ menangislah sesukamu “ gumam Yesung yang nyaris
seperti bisikan halus membuatku merasa semakin aman di dekapannya. Sepertinya
kolom kejengkelan Yesung yang telah menguap sekejap karena perlakuannya.
“ kau menceritakannya padaku akhirnya tanpa perlu
aku memaksamu “ candanya dengan tawa renyahnya. Aku pun mendongakkan kepalaku,
kemudian sedikit menjauh—memberi jarak antara aku dengan Yesung.
Perasaan nyaman ini semakin aneh untukku ketika
berada di dekatnya. Aku tidak tau—tapi aku merasa tak pantas untuk mendapatkan
perasaan nyaman ini …
“ andai di sini ada bantal, pasti lebih nyaman
ketika berbaring di rumput-rumput ini “ sahutku mencoba mencari topik lain, yah
menjauh dari topik yang seharusnya tak ku bicarakan. Tetapi tak ada jawaban
yang ku dengar dari Yesung, apakah Yesung marah padaku karena aku sedikit
menjauh padanya ?
Tetapi sepertinya aku terlalu berfikir jauh, Yesung
malah—tunggu apa yang di lakukannya.
“ angkat kepalamu sebentar “ dan bodohnya aku hanya
menuruti kata-katanya tanpa bertanya apapun.
“ sekarang kau boleh kembali pada posisi semula, dan
nikmatilah bantal barumu “
Aku pun mengangguk kikuk, sedikit merasa aneh dengan
kata-kata ‘ bantal baru ‘ . Dan ketika aku menyandarkan kepalaku kini bukan
rumput-rumput taman yang menopangku tetapi lengan Yesung yang kini menopangku.
Dan jantungku makin berdebar keras, Yesung ingat
kolom kejengkelanmu mulai terisi lagi, kau membuat jantungku berdebar keras dan
ini sangat tidak normal.
Aku berdecak kesal “ ternyata ini yang kau maksud
bantal, tetapi terimakasih “ ucapku tulus. Tetapi tak ada balasan yang terkuar
dari mulut Yesung.
“ Yesung ? “
“ Ya ? “
“ hahaha kau tertidur yaah ? “ tanyaku
menebak-nebak. Sungguh aku tak yakin jika tebakanku benar, karena harus ku akui
Yesung sering berbuat jauh di luar dugaanku. Aku benar-benar tak bisa menebak
jalan pikirnya.
“ aku.. aku tidak tertidur … sungguh “ tukas Yesung
cepat
“ Yesung, aku ingin memperjelas topik terlarangku tadi,
agar kau tau bahwa—“
“ maaf aku sudah memaksamu dari dulu, dan aku tidak
tau kalau topik itu membuatmu menangis, maaf … “ sela Yesung memotong
perkataanku, aku tau dari nada bicaranya dia sedikit merasa bersalah padaku.
“ Yesung … aku tidak pernah meluapkan semuanya
kepada siapapun, dan aku berkata seperti itu karena aku percaya padamu “
jujurku menoleh ke arah Yesung berada berharap pandanganku benar-benar tepat
menatap Yesung. aku hanya ingin dia melihat ketulusanku ketika aku
mengutarakannya padanya.
“ aku akan menjaga kepercayaanmu Hanazuka “
Aku tersenyum lega mendengar pernyataannnya dan
entah kapan mataku mulai terpejam dalam sandaran lengan Yesung yang kekar.
Badannya seakan menyelimutiku, melindungiku dari segala ancaman, membuat semua
yang menghimpit dadaku seakan hilang. Dan entah semenjak kapan aku mempunyai
harapan baru, berharap lengan dan dadanya yang bidang terus merengkuhku dengan
erat. Berharap Yesung akan selalu berada di sampingku
Yesung akan kah kau selalu seperti ini padaku ???
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar