Jumat, 28 Oktober 2011

[FANFICTION] Hate U Love U


annyeong… hari ini aku membawakan ff yang berbeda dari sebelumnya. Ff ini menurut jalan pikiran ku aja dan kata-kata yang terlintas di benakku. Entah ini aneh atau bagaimana aku juga bingung. Yaaaa semoga tak membosankan dan dapat feel-nya.
HAPPY READING!!!


aku terdiam menggeggam tanganku dengan keras hingga jari-jariku memutih. Perasaan kalut kini menimpaku. Teringat begitu banyak memori yang kini telah berlalu, tertawa senang maupun sedih. 

***

Seperti biasanya aku selalu telat. Aku melangkahkan kakiku masuk ke kelas. Tentunya murid-murid sudah duduk rapi di tempatnya. Aku pun menarik kursi ku dengan cepat dan duduk sebelum guru masuk. Hari-hariku berlalu begitu saja di penuhi senyum, canda tawa, kesal dan menggerut. Yaa itu yang dialami mausia normal termasuk aku.
“berani sekali dia mencampakkanmu Sun!!” teriak seorang yeoja kepada Sun. Yaa dia teman baru Sun setelah kami tak berteman lagi dan aku tau tentunya ejekan itu past mengarah padaku. Aku pun menggigit bibir bawahku dan berusaha menahan amarahku. Aku pun melewati mereka. “Hye Na-sshi” panggil teman Sun yang aku tau itu bukanlah panggilan yang menyenangkan untukku tepatnya sinis. Aku pun menoleh sekilas dan tersenyum sekedarnya kemudian melangkah pergi. Aku tau terlihat raut wajah Sun sangat muak melihat diriku. Aku tau semenjak permasalahan yang bodoh yang membuatku dijauhi olehnya. Yaaa dan ini bukanlah salahku sepenuhnya.

***

Huuffft hari sabtu. Taukah kalian mengapa aku benci hari ini? Hari ini atletik dan lagi-lagi mau tidak mau aku harus bertemu dengannya. Yaaa di sekolah memang saat-saat tertentu saja kami bertemu karena berbeda kelas. Tapi sekarang full pagi ini aku akan bertemu dengannya. Aku pun naik transportasi umum bersama temanku karena tak memungkinkan appa mengantarkanku. Dia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan jarang memerhatikanku. Dan tentu sesampainya di sana sesuai dugaanku mereka lagi-lagi membicarakanku. Aku benar-benar tak habis pikir, bahkan temanku semenjak SD pun mempercayainya.
“Hye Na pulang yuuk” rengek temanku. “sebentar dulu” pintaku sambil melirik sekilas kelompok Sun yang belum pulang. Aku pun menyerah karena aku yakin pasti mereka memang sengaja pulang agak lama. “Kajja” ajakku pada kedua temanku. Kelompok Sun pun pulang dan mendahului jalan kami. Terlihat dia menatapku sengit dan ku tatap balik dengan tatapan sengit.

***

Hari sabtu memang sudah berakhir. Tapi penderitaanku belum berakhir disini.  Aku melihat teman-teman dekatku dulu yang sekarang lebih mempercayai Sun kini mempengaruhi sekelompok namja di kelasku. Mungkin 2 baris tempat duduk yang sudah mereka pengaruhi. walau aku tak tau, memang aku sebodoh itu apa.
BRUKK
Aku pun menggebrak meja dengan keras  karena ku sudah tahan. Aku menggigit bibirku supaya bulir-bulir air mataku tak keluar. Lagi pula buat apa aku menangis. mereka yang salah. Kenapa aku harus menangis. aku pun keluar dengan wajah yang ketus. yaaah memang di kelas sedang tak ada guru. Aku tak peduli teman-teman sekelasku mengejek aku atau apapun.

***

Tuhan,, aku sudah lelah! Aku pun menatap langit-langit kamarku dengan tatapan kosong. Sudah beberapa hari ini aku insom dan nafsu makanku berkurang. Aku terus terbangun tiap tengah malam. Aku terus memikirkan masalah yang terus datang terus menerus dan makin besar.
“Sun bukuku mana?” tanyaku padanya. Dia tak menjawab dan ternyata bukuku ada di tas namja yang ku tolak tadi. Tentu Aku kesal dan marah padanya bagaimana tidak?? Aku pun menyembunyikan balik barangnya di namja yang menyukai Sun dan dia marah padaku. Aku pun diam padanya.
“Hye Na mianhae” ucapnya yang sepertinya tidak serius. Aku pun terdiam, jujur aku masih marah. “Huh, kalau tidak maafin yaa sudah,,” ucap Sun yang membuatku bingung kepadanya. Kenapa dia yang berbalik marah padaku, dia yang salah kenapa membuatku makin terbeban dengan rasa bersalahku ini.
Yaaa kira-kira seminggu kami berdiaman, dan ujung-ujungnya aku yang meminta maaf duluan. Aku tau dalam pertemanan pasti ada pertengkaran. tidak semua berjalan dengan baik dan sesuai keinginan kita. Jadi ku anggap saja bahwa ‘pertemanan itu saling melengkapi dan memahami’
Aku menghela nafasku. Yaaa itu kejadian 2 tahun yang lalu. Tapi sekarang mungkin sudah hampir sebulan aku berdiaman dengannya, aku tidak salah, tapi dia terus menyalahkanku. Aku tak mau terus-terusan meminta maaf. Dia benar-benar tak mengertiku??!!
 “kyaaa neomu kyeopta~” ucap Sun dengan ketiga teman baikku. Aku pun hanya tersenyum, jujur idola nya itu sangat bertolak belakang dengan idolaku. Tapi aku harus memahaminya. Yaa walaupun tiap hari kupingku selalu panas mendengar ocehan tentang idola mereka, nyanyian mereka. Mereka berbicara tapi aku hanya diam saja. Sungguh aku tak mengerti. Tapi aku bahagia karena ketiga temanku senang.
Tapi sekarang semenjak kami pisah kelas dan beruntungnya aku menemukan banyak teman seperjuanganku. Yaa tiap hari kami membicarakan idola kami. Tap Sun tak senang. Aku tau, aku membuatnya tak nyaman. Tapi dia mengejek idolaku. Sungguh aku benci sikapnya. Ak tak pernah mengejek idola nya sekalipun di depannya tapi kenapa dia begini??!!

***

Aku pun menatap ke bawah. Yaa aku berada di lantai 2 dengan keempat temanku yang sedaritadi menunjuk bias jadi-jadiannya. Yaaa bisa dibilang pekerja-pekerja di bawah sedang mengecet lapangan. Bodoh bukan jika kami menganggap bias jadi-jadian, haahaha jika itu benar mungkin mereka sedang tak ada pekerjaan manggung sehingga di suruh Soo Man cari kerja sampingan sehingga di panggil sekolah kami. Hahahh bodoh~
Selesai tertawa puas melihat bias jadi-jadian pun. Ketiga temanku pun ke bawah. Sedangkan aku dan satu temanku terdiam dalam kesunyian. Aku hanya menatap ke bawah dengan tatapan kosong.
#author : cieeee~ naksir nih *digaplak Hye Na*
“Sun berbeda sekarang??! Dia berubah” ucap temanku yang membuatku kaget jadi dia merasakannya juga. Yaa jujur mungkin temanku ini tak tau kalau kami berdiaman bahkan aku pun tidak menceritakan kepada siapapun orang di sekolah tentang masalahku ini.
“Hye Na”
“hmm”
“kau jangan marah yaaa”
“wae?”
“taukah waktu pertama beberapa bulan kita berkenalan, kau kan dikunci diuar karena mengikuti ‘xxx’ keluar”
“yaaa aku tau waktu itu aku kan tidak salah, lagipula teman di kelas membenci  ‘xxx’ bukan aku”
“tapi waktu aku mau menolongmu membukakan pintu, aku mengajak Sun dan dia bilang ‘Kenapa aku harus menolong membukakan pintu. Aku kan bukan sahabtatnya’ dia bilang seperti itu Hye Na” tutur temanku jujur.
Aku pun benar-benar kaget pikiranku kosong saat itu. Benarkah dia mengatakan itu. “keoreom kenapa dia sekarang menyebutku sahabat? Apa sahabat pantas mengucapkan seperti itu?” ungkapku. Kata-kata itu terlontar begitu saja dimulutku. Mungkin lebih tepatnya aku juga bukan bertanya kepada temanku tapi kepada diriku sendiri. “dia tak mengertiku, tak ada yang bisa mengertiku” lanjutku.

***

Hari ke hari aku tetap menahan rasa sakit. Semakinku menegetahui kebenaran semakin dalam sakit ini. Tuhan sudah cukupkah persahabatanku hancur sekali? Kenapa harus ku mengalaminya dua kali? Aku pun menyetel lagu ‘Sapphire Blue dan Shining Star’ entah kenapa aku kembali bersemangat lagi. Penderitaanku belum seberapa dengan mereka. Mereka jauh lebih menderita daripada aku. Tai mereka saling menguatkan antara satu member dengan member yang lain dan dukungan elf.

jika kau mempunyai orang yang kau sayangi
maka ketika kau lengah, putus asa dan berada dalam keterpurukan
maka ingatlah orang tersebut
karena sesungguhnya dialah sumber kekuatanmu

aku pun menuliskan kata-kata yang terlontar begitu saja di mulutku. Dan menempelkannya di kaca riasku. Agar aku selalu teringat ketika melihat diriku sendiri. Aku memang bingung dengan perkataan yang terlontar begitu saja di mulutku. jujur aku adalah anak yang manja, cerewet bisa di bilang aku sangat kekanakan tapi di lain sisi aku begitu punya masalah yang menimpaku begitu berat dan terkadang masalah itulah yang membuatku dewasa.
“eomma appa aku akan membuat kalian bangga. Aku makin ingin jadi penulis. Aku akan menunjukannya kepada kalian. FIGHTNG!!!” teriakku menyemangati diriku sendiri.

***

Semenjak aku berdiaman dengan Sun, banyak orang-orang yang menjauhiku karena termakan omongannya. Senyum yang mereka berikan padaku palsu, seketikaku berbalik akan berubah menjadi senyuman sinis. Oya hari-hari ini adalah pembagian rapot dan ternyata rapotku sedikit turun. “kau sih terlalu suka Korea” sahut temanku. Aku pun diam tidak merespon karena ku tau itu bukanlah sebuah teguran bagiku tapi ejekan bagiku. “ini juga salahmu kau sih deket-deket Hye Na makanya rapotnya turun” lanjutnya menunjuk Hyun Soo yang ada di sampingku.  Jujur aku tidak terima atas ejekan mereka semua. Lagipula ini rapotku turun tak ada masalahnya dengan apapun. Dan kenapa dia harus mengejek Hyun Soo walau dia memang agak malas. Tapi aku sudah menganggapnya sebagai adikku sendiri. “bukan salah dia, ataupun karena ku menyukai korea. Kalian tak mengerti… aku akan berusaha lagi. Dan akan membuktikannya!!!” ucapku mantap meninggalkan mereka.

***

Hujan pun turun aku memandangi jendela yang penuh dengan rintikan hujan. Sekilasku tersenyum dan  kembali fokus dengan komik yang ku baca. “hai..” sapa seorang yeoja yang tak asing. Sun dia datang ke kelasku. “aku akan mengajak berenang, mau ikut tidak?” ucap Sun pada teman sebangku ku. Aku seperti tembok dia tak menatapku sama sekali. “kau mau ikut tidak Hye Na” sapa temanku yang datang bersama Sun. “mungkin..” jawabku singkat.
Hari ini hujan turun dua kali dalam sehari. Aku pun membuka jendelaku lebar-lebar dan menghirup bau hujan yang khas. Aku pun merentangkan tanganku dan tanganku terkena rintikan hujan. Bukannya aku menutup jendela aku malah makin membuka lebar-lebar jendelaku dan duduk di jendela.
Karena bosan aku pun juga menyetel lagu di ponselku ‘Shake It Up dan The Way To Break Up’ aku pun makin terbawa suasana hujan dan alunan musik yang kuputar.
“yaaa kau turun nanti jatuh” sahut seseorang dari bawah. Aku pun tersadar dan segera beranjak turun dari jendela. Aku pun segera mengetikan beberapa baris pesan.
To : Han Onnie
From : Hye Na
Salahkah aku kalau duduk di jendela saat hujan? Tadi orang lewat sempat meneriakiku dari bawah.

reply
To : Hye Na
From : Han Onnie
Yaa bener aja, entar kalau jatuh gimana? Lagian itu bukan tempatmu, jendela itu tempat burung kakak tua.

Aku pun terkekeh membaca balasan dari Han Onnie. Hahaha aku yakin pasti jendela rumah Han Onnie sering dihinggapi BURUNG KAKAK TUA. hahhahhaha

***

Yaaa sudah seharian ini aku berbaring di tempat tidur. Bertepatan dengan ajakan untuk berenang. Jadi dipastikan tentu aku tidak ikut. “saengil chukkae” bisikku. Badanku demam hari ini, sebelumnya eomma tak tau aku sakit, aku menyembunyikannya. Tapi eomma benar-benar tau bahwa kalau aku diam pasti sakit. Bisa dibilang jika aku sehat pasti udah lari-larian kesana kemari dan teriak-teriak duduk di jendela kamar sambil nyanyi-nyanyi.
Eomma pun memegang dahiku. Nafasku pun hangat. “sakit?” Tanya eomma padaku. Aku pun mengangguk entah kenapa aku tak bisa mengatakan’iya’ karena jujur ketika ku mengatakan ‘iya aku sakit’ aku selalu menangis di depan eomma. Aku tak tau kenapa itu terjadi dan berulang-ulang. Eomma ku pun ke bawah meninggalkanku supaya beristirahat tetapi aku malah mengambil ponselku dan menyetel  lagu ‘Memories, A Day, dan In My Dream’ berturut-turut.
Air mataku menetes. Mungkin ini batasku menahan beban yang selama ini selalu ku pendam sendiri. “aku selalu menyusahkan banyak orang” desahku. “ani.. aku harus membanggakan eomma, appa, eonnideul, oppadeul, saengideul dan chngudeul. Aku akan meraih nilai akhir yang tertinggi dan akan masuk universitas yang ku inginkan. Aku akan menunjukan kepada eomma dan appa cita-citaku. Aku akan membuat mereka bangga ketika aku menjadi seorang penulis nanti. Aku janji!!!” tekadku makin mengeratkan genggaman tanganku. Aku menyeka air mataku dan mencoba kembali memakai topengku. Kembali memendam semua masalah dan tersenyum.
“KEEP UR SMILE PARK HYE NA…. KYAAAAA!!!” teriakku.
BRUKK
Pintuku terbuka terlihat raut wajah eomma yang agak terengah-engah. “kenapa kau berteriak? ada apa?” Tanya eomma khawatir. “aniyo…” jawabku salah tingkah dan menunjukan senyumku kepada eomma.

***

Sudah berbulan-bulan dan tak terasa waktu begitu sangat cepat dan usahaku tak sia-sia.
“HOREEEE” teriakku memeluk teman-temanku. Yaaa aku sangat beruntung, aku mendapatkan nilai akhir tertinggi dan masuk universitas yang ku idam-idamkan selama ini. ‘aku membuat bangga semaunya, ani… aku harus berusaha lagi untuk mewujudkan impianku jadi penulis. Aku akan membuat kalian bangga’ janjiku dalam hati.
“eomma.. appa” teriakku menghampiri mereka. Aku memeluk erat mereka beserta onnie dan saengku. “chukkae” kata eomma mengelus kepalaku. “kau sudah buat appa bangga” sahut appa yang membuatku hampir menangis. sudah lama aku menantikan kata-kata itu dari mulut appa. Aku salah selama ini, dia bukan jarang memerhatikanku, tapi dia punya cara sendiri untuk memerhatikan anaknya. Appa memang berbeda dari yang lain, pikirku. “gomawoo appa” bisikku memeluk appa dengan penuh tangisan.
“yaaa onnie masa nangis sih, kan harusnya bahagia” celetuk saengku, aku pun tertawa mendengar celetukannya. aku tersenyum menatap sayang ke eomma yang sama bahagianya denganku. Aku pun menyenderkan kepalaku di bahunya.
Kami pun keluar dari gedung wisuda. Aku tersenyum sumringah. Dan sepanjang perjalanan banyak ucapan selamat untukku. Tentu aku senang karena telah menunjukan usaha ku selama ini. Aku pun keluar melihat Sun bersama eomma dan appanya. Dia menoleh padaku “chukkae” teriaknya dan tersenyum kaku padaku. Aku pun membalas senyumnya. Dia pun melamun dan segera berbalik menghampiri eomma dan appanya yang berada di seberang jalan. Sun pun menyebrang tanpa melihat truk yang melintas dengan cepat.
BRUKKKK
“HYE NAAA” teriak Sun sambil mengangkat kepalaku yang pening akibat benturan yang keras. Bayanganku memudar dan gelap…..

“Hye Na” teriak seseorang yang tak asing di telingaku. “eomma … appa” bisikku pelan. Chankkaman kenapa aku melihat tubuhku. Aku pun merasakan tangan dingin yang menahanku.
“kau akan pergi ke alam barumu” ucapnya dengan suara agak berat. “tapi…” aku berusaha mengelak tapi aku sadar ini memang takdirku.
Aku melihat eomma, appa, eonni, saeng dan chinguku lainnya. Mata mereka sembab. Aku melihat eomma dan appa menangis. sedangkan saengku diam tidak mengerti apa yang terjadi. Aku tau dia terlalu kecil. Aku ngin menghampiri mereka tapi tangan malaikat yang menjagaku menahan tanganku.
“jangan tinggalkan eomma…” tangis eomma, appa pun segera merangkul eomma. “eomma… aku akan pergi” ucapku tertahan. Aku tak bisa lagi menahan, aku menangis sejadi-jadinya. Aku menatap saengku yang dipeluk onnieku.
“onnie.. jaga saeng kita… dia masih kecil, ajari dia. Saranghae” tangisku benar-benar pecah. Aku tak tau rasanya berdiri kakiku lemas.
“onnie…” bisik Hyun Soo makin mengeratkan genggamannya di tangan jasadku. “jangan nakal Hyun Soo. Jangan tidur dikelas lagi. Arra? Aku tak bisa kembali~” kataku membelai rambutnya. Aku sangat ingin mereka mendengarkan perkataanku. Tapi takk bisa bahkan menyentuh mereka pun tak bisa. Tuhan…. Aku ingin mbersama mereka lebih lama lagi.
“Hye Na jebal maafkan aku, mungkin ini sudah telat. Maaf aku telah menyakitimu. Maaf aku baru mengatakannya sekarang. Nae jeongmal paboya~” Sun pun memegang tanganku dan menatapku nanar. “waktu aku ulang tahun ingatkah? Kau tidak datang, ku kira kau membenciku Hye Na. mianhae” lanjutnya.
“Neo jeongmal paboya~ aku sudah memeaafkanmu. HATE U LOVE U” jawabku yang percuma saja tak didengar olehnya. Aku pun memukul pundaknya. “jangan seperti itu lagi. Hilangkan sikap buruk mu ini, ara?” pesanku padanya untuk terakhir kali.
“urusanmu sudah selesai” ucap malakat itu. “jebal… jangan bawa aku dulu, ijinkan aku memeluk keluargaku” pntaku memohon.
“saengi..” ucapku mengelus kepalanya. “eonni” panggilnya manja. Apakah dia merasakan bahwa aku ada di sampingnya. “jadilah saeng yang baik. Kau pelukis yang handal.” Ucapku mengelus rambut keritingnya dn mengelus pipinya. Trlihat senyuman mais terukir di pipnya.
“Aku akan menjadi pelukis handal, onnie … onnie dengarkan?” celetukya yang makin membuatku enggan meninggalkannya.
“onnie.. saranghae” ucapku memeluk onnie. Onnieku pun juga memeluk saengku.
“appa… kau appaku. Mianhae selama ini aku berburuk sangka padamu. Saranghae” ucapku agak terbata-bata dan mengelus pipi appa yang agak basah. Aku pun menghampiri eomma.
“eomma..” aku pun melingkarkan tanganku di pinggangnya. Aku memeluknya dari belakang dan menyenderkan kepala ku dibahunya seperti biasa. “mianhae… eomma nanti tak bisa melihatku ketika aku menjadi seorang mahasiswa, bahkan ketika aku menjadi seorang penulis. Mainhae,, aku masih belum bisa membuatmu bangga sepenuhnya kepadaku.” Ucapku tertahan. Aku makin menyandarkan kepalaku pada eomma.
Aku pun menatap nanar kesemuanya. “kamsa hamnida, gomapseumnida… untuk semuanya. Mianhae saranghae” ucapku. Malaikat itu pun mengulurkan tangannya ke arahku aku menoleh kembali ke arah mereka semua “mianhae aku tak bisa menepati janjiku selama ini” bisikku. Dan kemudian aku pun menerima uluran tangan malaikat itu dan terbawa ke alam lain.

“aku selalu menyusahkan orang banyak, ani.. aku harus membanggakan eomma, appa, eonnideul, oppadeul, saengideul dan chingudeul. Aku akan meraih nilai akhir yang tertinggi dan akan masuk universitas yang ku inginkan. Aku akan menunjukan kepada eomma dan appa cita-citaku. Aku akan membuat mereka bangga ketika aku menjadi seorang penulis nanti. Aku akn membuat mereka bangga. Aku janji!!!”

END

Gimana-gimana ... aku harap ff ini memuaskan. Aku ngga tau ini dapat feel-nya tau nggak. Aku uda bikin dengan maksimal mungkin semoga hasilnya memuaskan. Mianhae klo penggunaan bahasa ku jelek atau lainnya. Saran dan kritik aku tunggu…
KAMSA HAMNIDA …
ANNYEONG^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar