Kamis, 15 Maret 2012

[FANFICTION] - MY EVERYTHING ( SPECIAL FOR MY DAD )


Author : @Rinchann07 or Hanazuka Rin
Judul : My Everything
Cast :
·         Lee Donghae
·         Park Min Rin

Annyeong yeorobun….. huaaaaah, akhirnya TO selesai … dan pastinya UAS menunggu, hehehehe. Aku kembali lagi membawa FF aneh seperti biasanya , sejujurnya ini FF aku peersembahkan untuk Appa-ku yang waktu tanggal 11 Maret ulang tahun .
Saengil chukkahamnida
saengil chukkahamnida
saranghaeneun Nae Sarang Appa
Saengil chukkahamnida  …..
Ok sekian saya menyanyi dengan suara indah(?) ku , HAPPY READING !!!

***

“ APPA JAHAT, KAU SELALU TAK PEDULI DAN MENGERTI AKU !! “ kalimat itu terlontar begitu saja dari mulut seorang yeoja, dadanya naik turun menahan amarahnya, sedangkan Appa-nya hanya bisa menghela nafas atas perkataan yeoja tadi—anak kandungnya sendiri. yeoja itu pun segera berlari menjauh dari rumahnya tak peduli Appa-nya memanggil-manggil yeoja itu .
Yeoja itu terus berlari sesembari mengusap air matanya yang terus mengalir “ bagaimana bisa Appa memaksaku begitu keras ? seandainya Umma masih ada “ rutuk yeoja itu dan terus berlari hingga ke sebuah pemakaman.
Yeoja itu berjalan pelan, sesekali menghirup oksigen dan menghembuskannya, dia pun menghampiri sebuah nisan yang tak asing lagi untuknya—akhir-akhir ini yeoja itu datang dengan menangis kemudian mengusap nisan itu dan terus bergumam ‘ kembalilah Umma ‘ . hingga malam yeoja itu baru pulang dan selalu di marahi oleh Appa-nya sendiri.
“ Umma, Appa jahat “ kata-kata itu lagi-lagi terlontar tak sengaja dari mulut yeoja  itu. di seberang sana, tak jauh dari yeoja itu berada, seorang namja yang menatapnya daritadi mendengar semua  perkataan yeoja itu dan menghampirinya.
“ janganlah seperti itu dengan Appa-mu sendiri “ balas namja itu membuat yeoja itu memutar kepalanya dan melihat namja di sebelahnya tersenyum menatap ke dalam mata yeoja itu. yeoja itu hanya terdiam menatap namja itu—tampan itulah yang terlintas di pikirannya pertama kali melihatnya. Dia pun segera menggelengkan kepalanya dan bersikap ketus “ apa peduli mu ? “
“ aku hanya mengingatkanmu, aku takut kau akan menyesal “ jelas namja itu sekali lagi dengan senyum manisnya. “ perkenalkan namaku Lee Donghae imnida “ sahut namja itu mengulurkan tangannya—menatap yeoja itu dengan tatapan bersahabat.
“ Park Min Rin, Min Rin imnida “ sahut yeoja yang bernama Min Rin itu sedikit gugup. Donghae pun tersenyum melihat balasan uluran tangan Min Rin.
“ kajja kita pergi “ Donghae pun menarik tangan Min Rin tanpa persetujuan dari sang pemilik—mereka pun pergi menjauh dari pemakaman.

***

Yeoja itu terlihat mondar-mandir di depan pintu kamarnya sesekali mengintip di balik pintunya. “ aisssh~ kapan Appa  pergi dari sana, uda tau aku mau pergi “ desis yeoja itu sedikit menghentakkan kakinya kesal.
“ Park Min Rin, Min Rin-ah “ yeoja yang di panggil Min Rin pun menoleh ke arah jendela, di wajahnya terukir seulas senyuman manis melihat kedatangan namja itu lagi.
“ aissh kenapa kau datang ke sini Donghae-ya? “ tersirat nada khawatir sekaligus senang di dalam perkataan Min Rin. “ heheheh, aku tau kau tidak ingin bertengkar dengan Appa-mu kan lebih baik kau ikut denganku ! “ ajak namja yang bernama Donghae itu menarik tangan Min Rin untuk keluar diam-diam melalui jendela tempat Donghae masuk
Selang beberapa menit kemudian, di sebuah tempat yang penuh dengan orang lalu lalang untuk berbelanja. “ Appa-mu suka sayuran , bagaimana dengan wortel ? “ tanya namja itu menatap Min Rin penuh minat
“ aku tidak tau kesukaannya, kami dari dulu tidak begitu dekat lagipula aku tidak bisa memasak “ balas Min Rin menunduk sedangkan tangannya memainkan ujung bajunya.
“ aissh~ yeoja itu harusnya bisa memasak, baiklah aku akan membantumu memasak dan akan membuatkan kejutan untuk Appamu “ saran Donghae
“ bagaimana membuat jjangmyeon, dulu Umma sangat senang memasak itu “ Min Rin pun menatap Donghae menunggu jawaban darinya . Donghae pun segera mengangguk setuju. Sedangkan Min Rin menarik tangan Donghae mendekati grosir sayuran yang segar. Mereka tidak menyadari kalau tatapan aneh orang-orang di sana terhadap Min Rin yang berbicara sendiri.

KREEEEK
“ bagaimana ? “ desis Donghae sedikit berbisik, Min Rin pun menyembulkan sedikit kepalanya melihat keadaan rumah. Gelap dan sepi . “ appa belum pulang, kajja “ Min Rin pun menarik tangan Donghae dan mulailah mereka menyiapkan rencana mereka.
“ aissh ini bukan kol, dan jangan memotong wortelnya terlalu tebal “ gemas Donghae sambil menggeleng-gelengkan kepalanya—bisa di bilang kemampuan memasak Min Rin dengan anak TK hampir setara bahkan untuk mengetahui nama sayuran Min Rin mesti menunggu lima menit untuk mengingatnya. Tapi Min Rin sama sekali tidak menggubris ejekan Donghae dan membalasnya dengan senyuman—sepertinya Min Rin sudah menerima Donghae sebagai temannya
Selang beberapa waktu kemudian mereka menata rapi semuanya di meja. “ haaaaaaa sudah jadi “ gumam Min Rin menjatuhkan dirinya di kursi sambil menatap dengan senang hasil masakannya sendiri.
“ gomawo Donghae “ gumam Min Rin melontarkan senyumnya
KREEEK
Min Rin pun menoleh ke arah pintu, dan segera berlari ke arah pintu untuk menyambut Appa-nya—tidak seperti dulu ketika Appa-nya datang Min Rin selalu berlari ke kamar dan mengurung dirinya di kamar.
Min Rin menatap Appa-nya riang tapi sangat berbanding terbalik dengan tatapan Appa-nya . “ Min Rin kau kemana saja HAH ? Appa nggamau tau jika kamu mau pergi harus minta izin dulu, ARRASEO ? “ bentak Appa Min Rin penuh dengan penekanan di setiap kata-katanya, sedangkan Min Rin hanya menundukkan kepalanya—pertahanannya sudah mulai runtuh, air matanya sudah ingin mengalir keluar begitu saja, tapi tiba-tiba Donghae menepuk pundaknya “ kau pasti bisa , jangan sia-siakan semuannya “ bisik Donghae
Min Rin pun menarik nafasnya dan memasang wajah cerianya dan langsung menarik lengan Appa-nya ke meja makan. Tak bisa di pungkiri lengan Appa-nya begitu kurus dan raut wajahnya yang begitu lelah, mendadak muncul semua rasa bersalahnya Min Rin yang tak menyadari keadaan Appanya, dia berusaha menekan semua perasaannya bersalah dan salah pahamnya dalam-dalam dan memasang wajah cerianya lagi—tak ingin menghancurkan kerja kerasnya .
 “ taaraaa,, aku memasaknya untukmu “ gumam Min Rin merentangkan tangannya—sedikit gugup, Min Rin terus menatap Appa-nya menunggu respon darinya. Dan tidak sia-sia Appa Min Rin tersenyum .
“ Aku suka jjangmyeon dulu Umma-mu sering memasaknya kau ingat bukan ? “ tanya Appa Min Rin menatap mangkok berisi jjangmyeon dengan perasaan bangga, Min Rin sontak membulatkan matanya heran Appa-nya begitu berkata lebih panjang dari dugaannya.
“ nee, ini pertama kalinya aku memasak , enak bukan ? “ tanya Min Rin menatap Appa-nya dan berdoa dalam hati semoga Appa-nya bisa meresponnya lagi tidak hanya dengan senyuman saja tapi dengan kata pujian.
Min Rin pun memejamkan matanya menunggu jawaban Appa-nya “ ini sangat enak, persis dengan buatan Umma-mu, hahaha jika dia masih ada di sini pasti dia merasa tersaingi “ balas Appa Min Rin menyuapkan beberapa jjangmyeon ke mulutnya sedangkan Min Rin menatap Appanya dan Donghae bergantian . tidak bisa di bohongi raut wajah Min Rin sedikit merona merah mendengar kata Appa-nya.
“ tentu aku kan anak Umma dan Appa “
Kalimat itu terlontar begitu saja dari mulut Min Rin di sertai gelak tawanya dan Appa-nya seketika Min Rin terdiam dan menyadari kata-katanya wajahnya benar-benar padam penuh dengan rona merah—dia tidak sadar mengucapkan kata-kata yang sangat sulit di ucapkannya sejak dulu.
Suasana hangat dan nyaman menyelimuti mereka. Tak ada suasana mencekam atau apapun—sangat damai dengan suasana yang penuh dengan gelak tawa mereka berdua. Sesekali Min Rin tersenyum pada Donghae yang sedang bersandar di tembok—memperhatikan anak dan ayahnya yang sedang bercengkrama ria.
“ appa, aku mau mengenalkan aku punya te— “ belum selesai Min Rin berbicara dia meringis kesakitan sambil memegangi kakinya di injak oleh Donghae. “ jangan katakan padanya, tidak penting. Lebih baik kau lanjutkan acara makanmu . aku pergi dulu “ bisik Donghae segera melangkahkan kakinya ke pintu depan sedangkan Min Rin mendesah pelan dan menatap punggung Donghae yang makin lama menjauh.
“ gwenchana ? “ tanya Appa-nya heran dengan sikap Min Rin yang sedikit aneh. Min Rin pun menggeleng dan mereka pun tetap melanjutkan makan malam yang damai. Tanpa Min Rin sadari dia sama sekali tidak menyadari hal yang ganjil pada Donghae.

***

Min Rin pun sedikit mengayunkan kencang genggaman tangannya dan Donghae, sedangkan Donghae meliriknya dengan pandangan bertanya-tanya
“ aku sangat senang, kau tau di sekolah aku membuat karangan tentang Appa dan mendapat nilai sempurna kau tau . dan hari ini aku akan menunjukkannya pda Appa “ sahut Min Rin makin mengayunkan dengan senang genggaman tangannya sedangkan Donghae hanya menatapnya wajah Min Rin lama—tak ada senyuman indah yang terukir di wajah namja ini.
DRRRRTTT
Min Rin pun segera merogoh tasnya mengambil sebuah ponsel dan memulai pembicaraannya di ponsel. Terihat raut wajah riang Min Rin pudar seketika di gantikan oleh wajah khawatir, Min Rin memutuskan sambungannya dan menatap Ke arah Donghae—belum sempat Min Rin mengatakan apa yang terjadi, Donghae dengan sigap menarik Min Rin ke sebuah tempat.
“ kau tau ? “ tanya Min Rin menatap Donghae dengan tatapan menerawang. Donghae pun menghela nafas dan mendorong Min Rin menuju ke arah pintu rawat pasien .
“ jangan sia-siakan pengorbananmu Min Rin . aku tau kau pasti bisa. Hantarkanlah semua yang kau pendam selama ini. “ Min Rin pun berbalik badannya dan menatap Donghae dengan ragu . 
“ Jangan ragu, jangan khawatir aku akan selalu di sampingmu selama kau masih membutuhkanku “ kata-kata yang begitu halus tapi penuh dengan penekanan membuat semua rasa ragu Min Rin seketika hilang, Donghae pun membuka kamar pasien dan menekan bahu Min Rin menghantarkan semua semangatnya kepada yeoja itu.
“ appa “ panggil Min Rin dengan suara parau , Min Rin pun dengan pelan menghampiri Appanya yang membujur kaku. Appa-nya berbaring lemah tapi senyum hangatnya tetap meriasi wajahnya.
Min Rin pun mengelus pipi Appa-nya yang masih terjaga dalam tidurnya menelusuri setiap detail wajah Appa-nya yang kini ia bisa lihat dari dekat. Betapa bodohnya kenapa dia baru menyadari kasih sayang Appa-nya yang sangat besar.
Min Rin pun memeluk Appa-nya menghantarkan semua perasaannya, kasih sayangnya, kesedihannya semuanya yang bisa ia hantarkan kepada Appanya.
Min Rin melepas pelukan Appa-nya dengan enggan dan menggenggam kertas karangannya yang sedikit kusut, Karena genggamannya yang terlalu gugup dengan menatap wajah Appa-nya walau belum terbangun—bibir Min Rin mulai bergerak mengucapkan karangannya.

Ayah ,, Ayah,, Ayah …
tidak bosannya aku memanggilmu namamu berkali-kali
tidak bosannya aku melihat responmu dengan senyumanmu yang hangat
tidak bosannya aku melihatmu berbicara banyak padaku
tidak bosannya aku menatap wajahmu lama
karena sekarang aku baru menyadari
aku sangat beruntung memilikimu Ayah …
Sifatmu yang keras
terkadang membentakku
tapi aku tau itu semua demi kebaikanku sendiri
karena aku tau di balik sifatmu yang tak peduli
di sanalah wujud Ayah sebenarnya
seorang Ayah yang gagah dan tampan
penuh perhatian dan melontarkan senyum hangatmu
senyum hangatmu yang selalu senantiasa menghangatkanku
mencairkan suasana yang tegang dan meringankan beban di bahuku
ayah …
kau berbeda dari yang lain
bagaimana caramu menyampaikan perasaanmu …
siapa yan tidak bahagia mempunyai ayah sepertimu …
Min Rin pun menghembuskan nafasnya panjang dan menaruh kertas itu di atas ranjang dan beralih menggenggam tangan Appa-nya dengan lembut. Sekilas Min Rin melihat Donghae di balik pintu dengan tangan yang mengepal—memberikan dan membangkitkan semangat Min Rin. Min Rin pun Memejamkan matanya dan meneruskan kembali karangannya .

Ayah … Ayah …
hatiku tak berhentinya membisikkan kata maaf
kata maaf dan maaf
maaf karena selama ini aku tidak memerhatikanmu
wajahmu yang lesu, lenganmu sedikit kurus
tidak berisi
pulang malam sehabis kerja dan tak ada yang menghiraukanmu
dan anakmu ini membalas semuanya dengan membantah segala perkataanmu
dan melontarkan kata-kata kasar selama ini
maafkan aku , aku tidak menghargai perjuanganmu sebagai ayah.
seandainya ayah mendengarnya, akan kah ayah memaafkan ku ?
aku sangat senang terkadang kau berkata panjang lebar untuk meresponku
tapi sekarang , cukup aku melihat senyum hangatmu
senyum hangat yang melukiskan ketulusanmu
itu sudah membuatku bahagia ayah …
Ayah … Ayah …
aku sangat bangga menyebut namamu berulang-ulang
kau tau kenapa ?
karena aku bangga di lahirkan sebagai anakmu …
aku mencintaimu ayah …

Min Rin menundukkan kepalanya semua terasa berat di bibirnya, dia hanya menatap Appanya yang tak kunjung bangun . Min Rin pun mengeratkan tangan Appa-nya sangat dingin dia pun menoleh kea rah monitor dengan garis hijau di dalamnya. Dia sedikit membulatkan matanya dan menatap Appa-nya serta monitor itu berulang kali. Appa-nya sama seperti tadi, masih dengan senyum hangatnya tetapi monitor itu tetap menunjukkan garis lurus. “ andwae, andwae “ terdengar gumaman kecil dari bibir Min Rin
BRAAAAK
Pintu rawat pasien di dobrak oleh dokter dan suster, sedangkan Donghae segera menarik tangan Min Rin dan mendekapnya . tak ada yang terucap dari bibir yeoja itu yang ada hanyalah isakan .
“ mengapa Umma meninggalkan aku, Umma aku tidak ingin tinggal bersama Appa. Appa tidak peduli padaku “ isak Min Rin ketika di pemakaman Umma-nya
“ sudah Appa bilang jangan pulang malam Min Rin “ terdengar bentakan kasar Appa-nya sedangkan Min Rin hanya membantahnya “ memangnya kau peduli dengan ku ? “
Semua terjadi begitu saja kata-kata yang terlontar kasar, sifat yang tak seharusnya di pertunjukkan pada ayahnya sendiri. Min Rin tidak menyadari betapa Appa-nya menyayanginya, Appa-nya hanya sedikit berbeda dengan yang lain, dia tidak menunjukkan terang-terangan kepada anaknya, dia hanya ingin tau bahwa Appa-nya tulus mencintainya.
“ aku bangga menjadi anak Appa “ kata-kata itu terlontar begitu saja dari bibir Min Rin—dia mulai menyayang Appa-nya ani mencintainya.
Tapi ketika takdir Tuhan datang, merenggut semuanya . yang dilakukan kita hanyalah diam dan merelakannya semua. Itu memang sudah takdir yang di buat Tuhan sebelum kita tercipta bukan ?

***

Yeoja itu pun menatap kedua nisan Appanya dengan tatapan kosong, tapi yeoja itu mencoba tersenyum. dia tau Appa dan Umma-nya tak ingin anaknya terlalu larut dalam kesedihan dia harus bangkit dan tetap menjalani hidupnya .
“ Min Rin-ah “ yeoja yang di panggil Min Rin pun menoleh dan tersenyum mendapati seorang Ahjumma menyapanya. Ahjumma itu pun tersenyum dan menarik tangan Min Rin ke sebuah taman.
“ suster “ panggil Min Rin menoleh kea rah Ahjumma itu. ahjumma itu hanya tersenyum “ jangan memanggilku suster panggil saja Ahjumma “
Min Rin hanya tersenyum setidaknya dia mempunyai seorang teman—seorang suster yang merawat Appa-nya ketika kecelakaan mobil waktu itu setelah namja itu pergi meninggalkannya.
“ kau kenapa? “ tanya Ahjumma memandangi Min Rin dengan pandangan bertanya-tanya , Min Rin pun tersenyum bibirnya mulai bergerak mengucapkan sesuatu “ temanku pergi setelah Appa pergi, padahal dia sudah membantuku banyak “ Min Rin pun menghembuskan nafas panjangnya dan memejamkan matanya mengingat hari-hari yang di lalui namja itu “ namanya Donghae, Lee Donghae “ lanjut Min Rin, ahjumma itu membulatkan matanya heran seketika pandangannya redup mendengar nama itu.
“ aku kenal dengan seseorang bernama Lee Donghae ketika dulu, dia sangat menyayangi ayahnya dan bahkan dia sangat terpukul saat ayahnya meninggal itu saat ketika dia debut dengan suatu boyband bernama Super Junior . tapi sayangnya dia sudah tiada sejak tiga tahun yang lalu “ jelas Ahjumma itu merogoh tasnya mencari-cari sesuatu.
“ ini fotonya “ Ahjumma itu pun menyerahkan foto ketiga belas namja kepada Min Rin dengan senyum yang menawan , tapi sorot mata Min Rin hanya tertuju pada satu orang—satu orang yang tak asing untuknya.
“ Donghae “ gumam Min Rin sedikit tidak percaya, Ahjumma pun mengangguk dan menunjuk foto seseorang yang bernama Donghae member Super Junior—ani ini Donghae yang ku kenal namja yang selalu tersenyum dan menghangatkan Min Rin seketika .
Min Rin berpikir keras, dan kini pandangannya meredup, dia baru menyadari semua ini. Dan lagi-lagi Min Rin terlau bodoh untuk menyadari semuanya . ketika Donghae bersamanya di supermarket ketika sedang makan bersama Appanya dan Appa sama sekali tidak menanyakan Donghae yang jelas-jelas ada di dekat mereka. Dia pun meminta izin kepada Ahjumma itu untuk pergi. Dia segera berlari ke toko bunga dan membeli sekuntum bunga lili putih dia terus berlari dengan kencang tak peduli banyak bunga yang berjatuhan sepanjang dia berlari.
Dia menatap mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut pemakaman ini, disini ketika Min Rin dan Donghae bertemu dia pun menyusuri pemakaman itu dan pandangannya terpaku oleh satu nisan . dia berjongkok dan mengelus nisan yang bertuliskan ‘ Lee Donghae ‘
Dia pun menerawang ke arah “ terimakasih Tuhan karena kau telah mengirimnya membuatku sadar akan segala kesalahanku “ gumam Min Rin sambil menaruh bunga lili putih di depan nisannya.
“ Donghae-ya terimakasih telah menyadarkanku . bodohnya aku tidak menyadarinya selama ini. Kau tau aku memang lamban berpikir kan ? “ canda Min Rin tapi dia tau tak ada lagi yang membalas ejekannya lagi—Donghae sudah tak bisa membalas ejekannya lagi.
Angin sore di Kota Seoul berhembus pelan, menyapu pelan wajah lelah Min Rin . dia pun memejamkan matanya menikmati dan mengikuti alur pikirannya yang membawanya entah kemana

Flashback
“ aku akan pergi “ gumam Donghae menatapku dengan senyum manisnya, Min Rin hanya diam mencari kebohongan di dalam mata Donghae.
“ katakanlah sesuatu sebelum aku pergi Min Rin-shi “ pinta Donghae, lagi-lagi Min Rin terdiam bagaimana bisa dia membiarkan teman satu-satunya pergi, sementara baru saja Tuhan mengambil Appa-nya untuk selamanya.
“ aku tidak mau “ desis Min Rin, pelupuknya mulai basah kembali dengan air mata, “ tutup matamu “ pinta Donghae, tanpa ragu Min Rin pun menutup matanya .
Donghae tersenyum yeoja itu tertidur oleh perbuatan Donghae, dan menyandarkan Min Rin di punggungnyaberjalan menelusuri jalan menuju rumah Min Rin, Donghae berharap dia takkan pernah sampai di rumah Min Rin tapi pikirannya kembali menahan segala egonya .
Donghae membaringkan Min Rin di ranjang dan menyelimutinya, memandang perlahan wajah polos Min Rin yang sedang terjaga . “ Donghae-ya gomawo “
DEG
Jantung Donghae berdetak tidak beraturan mendengar racauan Min Rin . dia pun merapikan rambut Min Rin yang berantakan dan mencium keningnya sekilas. “ selamat tinggal “ terdengar halus sangat halus sampai membuat pertahanannya hancur. Dia pun meninggalkan Min Rin sendiri .
Flashback end

Min Rin menghembuskan nafas panjangnya dan kembali membuka matanya, senyumnya dan dekapannya membuatnya hangat, dia tau dia tidak boleh egois. Sudah baik walau hanya 3 hari Donghae mengisi hari-harinya.
“ Jangan ragu, jangan khawatir aku akan selalu di sampingmu selama kau masih membutuhkanku “ kata-kata itu lagi-lagi muncul di benaknya bagaimana Donghae memberinya kekuatan lebih, bibirnya bergerak mengukir sebuah senyuman
 “ terimakasih sudah membantuku, aku sudah merelakanmu sekarang “ gumam Min Rin meninggalkan pemakaman itu.
Min Rin sama sekali tidak menyadari Donghae ada di sebelahnya mengikutinya setiap hari, hanya Min Rin tak menyadarinya.  “ maafkan aku tak bisa membantumu lagi, tugasku sudah selesai “ gumam Donghae menatap punggung Min Rin yang makin jauh dan menghilang. Donghae pun pergi ke dunia yang lain, dunia yang jauh di sana tanpa manusia ketahui. Donghae berharap dengan menghilangnya dirinya, dia dapat menghapus semua yang tak dapat di katakannya kepada seorang yeoja yang di cintainya “ saranghae Min Rin-ah … “

“ aku lebih baik melihat mu tersenyum daripada merespon ku dengan kata-kata yang panjang lebar. Karena ketika kau tersenyum kau menunjukkan semua rasa cinta yang tak terkatakan, senyummu menandakan ketulusanmu yang tak terhingga. Aku sadar tak ada yang lebih berarti dari hidup ini selain ‘ ketulusan mencintai seseorang ‘ “

END

Maaf kalo tidak memuaskan … ini hanya sekedar curhatan hatiku. Untuk appa mianhae ngga bisa memberimu apa-apa tapi seperti yang ku katakana tadi, aku hanya bisa memberikan ketulusan mencintaimu padamu Appa …. Saranghaeyo appa … gomawoo yg uda baca … kamsha ~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar